Minggu, 22 Mei 2016

Khutbah Jum'at " Ukhuwwah Islamiyah"

Ukhuwwah Islamiyah 
الخطبة الأولى
الْحَمْدُ للهِ الَّذِي كَتَبَ العِزَّةَ لِعِبَادِهِ المُؤْمِنِينَ، وَأَمَرَ بِالعَزْمِ أَوْلِيَاءَهُ المُتَّقِينَ، ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ  إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، أَنْكَرَ عَلَى المُنَافِقِينَ التَّقَـلُّبَ فِي مَوَاقِفِهِمْ، وَالمُدَاهَنَةَ فِي تَصَرُّفَاتِهِمْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، حَثَّ أُمَّـتَهُ عَلَى الاستِقْلالِ فِي الآرَاءِ وَالمَوَاقِفِ، وَنَهَاهُمْ عَنِ التَّقْلِيدِ الأَعْمَى مَهْمَا عَظُمَتِ المَخَاوِفُ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْـلِ الأَصَالَةِ وَالثَّبَاتِ، وَأَرْوَعِ الأَمْـثِلَةِ فِي تَأْكِيدِ الذَّاتِ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
عِبادَ اللهِ فَإِنِّي أُوصِيكُمْ ونَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ العَلِيِّ العَظِيمِ وأَسْتَفْتِحُ بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ وإِنَّ خَيْرَ الكَلامِ كَلامُ الله، ويقول الله تعالى  فى كتابه الكريم "أعوذ بالله من الشيطان الرجيم “يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ،

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Pertama-tama marilah kita bersyukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan ni`mat-Nya yang telah dianugerahkan kepada kita sekalian, khususnya ni`mat iman dan islam
Selanjutnya marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan benar-benar taqwa, yaitu selalu menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
 Ayyuhal muslimun! Bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jamaah Shalat Jumat yang dirahmati Allah
وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنَكُمْ وَأَطِيعُوا اللهَ وَرَسُولَهُ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang beriman.” (Q.S. Al-Anfal:1)
Ibadallah! Salah satu prinsip besar yang dibangun oleh agama kita ialah prinsip ukhuwwah (persaudaraan) di antara sesama orang beriman.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara.” (Q.S. Al-Hujurat :10)
Jika hubungan persaudaraan yang ada di antara manusia sangat beraneka ragam menurut macam-macam tujuan dan maksudnya, maka hubungan persaudaraan yang paling kokoh talinya, paling mantap jalinannya, paling kuat ikatannya, dan paling setia kasih sayangnya ialah persaudaraan berdasarkan agama. Karena, persaudaraan semacam ini tidak putus talinya, tidak akan berubah karena perubahan zaman, dan tidak akan berbeda karena perbedaan orang dan tempat. Persaudaraan yang berlandaskan akidah dan iman, serta berdasarkan agama yang murni karena Rabb Yang Mahaesa senantiasa mampu mempersatukan umat Islam dari berbagai penjuru. Inilah rahasia kekuatan dan kekokohannya. Inilah kunci keakraban para personelnya yang ada di belahan bumi bagian timur maupun barat. Dan inilah yang membuat mereka menjadi satu kesatuan yang pilar-pilarnya sangat kuat dan bangunannya sangat kokoh. Sehingga, badai topan pun tidak sanggup menggoyahkannya. Ia laksana bangunan yang dibangun dengan timah dan ibarat tubuh yang satu.
Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari radiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullahushallallahu ‘slaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya orang mukmin bagi mukmin (lainnya) bagaikan bangunan yang satu sama lain saling menguatkan.” (Shahih Al-Bukhari, 481, dan Shahih Muslim, 2585 ). “Dan beliau pun menyilangkan jari-jemarinya,” kata Abu Musa.
Sementara An-Nu’man bin Basyir radiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
Perumpamaan orang-orang beriman di dalam cinta dan kasih sayang mereka adalah seperti tubuh. Jika salah satu anggotanya mengeluh sakit, maka anggota tubuh lainnya akan memberikan kesetiaan kepadanya dengan berdagang (susah tidur) dan demam.” (H.R. Al-Bukhari, 6011 dan Muslim, 2587 )
Saudara-saudara sekalian! Sesungguhnya, ukhuwwah Islamiyah adalah ruh dari iman yang kuat dan inti dari perasaan yang meluap-luap yang dirasakan oleh seorang muslim terhadap saudara-saudaranya yang seakidah. Bahkan, ia merasa bahwa ia bisa hidup karena mereka, bersama mereka dan di tengah-tengah mereka. Seolah-olah mereka semua adalah ranting-ranting yang tumbuh dari satu batang pohon dan muncul dari pokok yang sama. Dengan perasaan itu, maka hilanglah perbedaan kesukuan dan warna kulit, lenyaplah perbedaan ras, dan matilah fanatisme kebangsaan dan kesukuan. Sehingga, yang ada hanyalah pondasi besar yang menjadi landasan berdirinya masyarakat Islam internasional yang dihimpun oleh satu tali dan dinaungi satu bendera, yakni bendera iman dan tali ukhuwwah Islamiyah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَآأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لتعارفوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujurat: 13)
Saudara-saudara seiman dan seagama! Di dalam masyarakat Islam yang berlandaskan akidah iman dan bertemu pada titik syi’ar Islam, persaudaraan akidah menggantikan persaudaraan nasab (darah), dan ikatan iman menggantikan ikatan-ikatan materi, kepentingan individu, maupun ambisi pribadi. Di situ seorang mencintai saudara-saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri. Ia merasa sedih bila mereka sedih dan ia merasa senang bila mereka senang. Ia selalu berbagi suka dan duka bersama mereka. Oleh karena itu, Islam memberantas gejala-gejala egoisme dan mental suka mementingkan diri sendiri yang kejam. Karena, ia merupakan kecenderungan yang tercela dan bencana yang buruk yang diberantas oleh Islam, serta diganti dengan rasa persaudaraan dan persahabatan.
Siapa pun yang meneliti sejarah umat ini akan menemukan, bahwa umat Islam belum pernah bersatu kata, merapatkan barisan, mengangkat panji-panji kejayaan, menegakkan negara, atau disegani musuh, melainkan karena rasa persaudaraan yang sangat kuat di antara mereka dan tidak ada bandingannya di dalam sejarah umat manusia. Yaitu sebuah persaudaraan yang sangat kuat dan kokoh yang menjadi pondasi bangunan umat yang perkasa, tangguh, kuat, dan gagah. Sehingga, setelah bertarung melawan musuh-musuhnya, posisinya sangat disegani, tiang-tiangnya menjulang tinggi dan pilar-pilarnya sangat kokoh.
Wahai umat Islam sekalian! Di dalam sejarah kita mendapat banyak contoh nyata dan peristiwa yang tiada tara yang menggambarkan betapa kuatnya ikatan persaudaraan di antara sesama umat Islam. Yang paling masyhur ialah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Sehingga, setiap orang Anshar memiliki saudara dari kalangan Muhajirin. Bahkan, ada orang Anshar yang mengajak saudaranya dari kalangan Muhajirin ke rumahnya, kemudian ia menawarkan kepadanya untuk berbagi harta bendanya yang ada di rumahnya. Dan ia pun siap berbagi suka dengannya. Persaudaraan manakah di dunia ini yang bisa menandingi ukhuwwah Islamiyah tersebut?
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُو الدَّارَ وَاْلإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلاَيَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ
Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).” (Q.S. Al-Hasyr: 9)
Kemudian, apa yang terjadi setelah banyak umat Islam dikuasai hatinya oleh materi, peradaban yang palsu merajalela di mana-mana, dan dunia melompat dari tangan ke dalam hati, lalu bertemu dengan iman yang lemah dan pendidikan yang salah, dan melaju bersama kesenangan dan materi, lalu tunduk di hadapan tantangan yang menghadang? Yang terjadi setelah itu adalah ketegangan hubungan sosial di antara sesame, karena sebab yang sangat sepele. Bahkan, ketegangan itu pun terjadi di antara orang-orang yang memiliki hubungan dekat, baik hubungan nasab (keturunan), perkawinan, persahabatan, maupun tetangga. Sehingga pertikaian merajalela, pertengkaran terjadi di mana-mana, perpecahan meluas, dan pemutusan hubungan menjadi-jadi. Kondisi itu menyebabkan hilangnya kasih sayang dan kejernihan, menimbulkan perpecahan dan gugat-menggugat, lalu memicu timbulnya sikap egois dan mementingkan diri sendiri.
Gejalanya bermacam-macam dan banyak ditemukan di tengah masyarakat. Hal itu dipicu oleh lemahnyaukhuwwah Islamiyah di antara umat Islam, bahkan di antara sesama anggota keluarga. Misalnya, ada orang yang terlibat pertengkaran kecil dengan saudara kandungnya karena memperebutkan secuil harta. Lalu, masalahnya menjadi pelik dan semakin besar. Para juru runding gagal mendamaikan mereka. Masing-masing ngotot ingin menempuh jalur hukum dan mondar-mandir ke pengadilan hanya untuk melampiaskan dendam kepada saudaranya sendiri, gara-gara segenggam harta atau sejengkal tanah. Bahkan, ada orang yang tidak bertegur sapa dengan saudara kandungnya selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Subhanallah!
Ada pula orang yang tidak pernah berkunjung ke rumah pamannya atau saudara sepupunya. Bahkan, juga tidak pernah menghubunginya melalui telepon untuk sekadar basa-basi. Dan itu bisa bertahan selama bertahun-tahun.
Ada kawan dekat dan teman akrab yang bersahabat selama bertahun-tahun dalam suasana yang harmonis. Lalu, tiba-tiba terjadi sedikit kesalahpahaman dan mendadak tali persahabatannya putus begitu saja, bahkan berubah menjadi permusuhan, dendam, dan buruk sangka.

Bahkan, perpecahan antara Ummat islam ini diperparah dengan upaya kaum Barat Imperzlis-Liberal dengan membuat Islam terbelah menjadi kelompok-kelompok yang saling bertentangan. Ada yang berwujud Islam Nusantara, Islam Radikal, Islam Fundamental, Islam Kiri, Islam Tradisonalis, Islam Modernis dan berbagai nama lainnya. Kesemuanya itu ialah upaya Barat untuk memecah belar persatuan Ummat Islam.
Allahul musta’an! Inikah umat yang bersatu? Inikah ajaran ukhuwwah Islamiyyah yang benar? Cukuplah, wahai hamba-hamba Allah! Hentikanlah permusuhan dan pertengkaran! Awas, jangan sampai setan berhasil mengadu domba Anda! Berdamailah, wahai orang-orang yang berseteru! Sambunglah hubungan, wahai orang-orang yang memutuskan hubungan! Karena dampak buruk dari perseteruan dan pemutusan hubungan itu sangat besar, baik di dunia maupun di akhirat. Tidakkah Anda mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Tidak halal bagi seorang muslim menjauhi saudaranya (sesama muslim) lebih dari tiga malam (hari). Mereka berdua berjumpa, lalu yang ini berpaling dan yang ini pun berpaling. Dan yang terbaik di antara mereka berdua adalah orang yang memulai mengucapkan salam.”(Shahih Al-Bukhari, 6077 dan Shahih Muslim, 2560)
Atau sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tolonglah saudaramu dalam posisi sebagai orang zalim maupun korban kezaliman.” (Shahih Al-Bukhari, 2443)
Atau sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Amal manusia ditunjukkan (kepada Allah) pada hari Senin dan Kamis. Lalu orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu akan diampuni dosanya, kecuali orang yang memendam rasa permusuhan dengan saudaranya. Dia (Allah) berfirman, ‘Tinggalkan kedua orang ini sampai mereka berdamai.’” (H.R. Muslim dan lain-lain)
Di sisi lain, sejauh mana dukungan umat Islam dalam mewujudkan ukhuwwah Islamiyah? Dalam arti, siapakah di antara kita yang mau melihat kondisi saudara-saudaranya dan keadaan tetangganya, terutama orang-orang yang miskin, lemah, tidak berdaya dan membutuhkan uluran tangan? Maka, siapa pun yang memiliki kelebihan uang, makanan atau pakaian hendaknya mencari saudara-saudaranya yang membutuhkan bantuan. Betapa banyak jumlah mereka! Karena hal itu dapat menciptakan kesetiakawanan dan menanamkan belas kasih. Dan hal itu akan meraup pahala yang melimpah di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan orang-orang yang bergelimang harta, tetapi beberapa meter dari tempat tinggalnya ada saudara-saudaranya sesama muslim menjerit kelaparan, adalah orang-orang yang tidak mau membuktikan dasar yang agung ini.
Wahai umat Islam! Ketika mengingatkan tentang kewajiban membangun ukhuwwah Islamiyyah, kita tidak boleh melupakan saudara-saudara kita yang seiman dan seakidah di berbagai belahan dunia. Kita semua berkewajiban memberikan bantuan, dukungan, doa, sumbangan, dan pertolongan kepada mereka. Lebih-lebih mereka yang tengah berjuang dengan tabah dan minoritas muslim yang tertindas di mana-mana.
Jamaah Shalat Jumat yang berbahagia.
بارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
Khutbah Jumat Kedua
الحمد لله حمدا كثيرا. والشكر لله شكرا كثيرا. وإيّاه نعبد ونستعين وبه نستغفر وعليه نتوكّـل. ونعوذ به من شرور أنفسنا ومن سيّئات أعمالنا. أشهد أن لاإله إلاّ الله وحده لاشريك له وأشهد أنّ محمّدا عبده ورسوله. اللهمّ صلّ وسلّم على هذا النبىّ الكريم محمّد صلّىالله عليه وسلّم أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين. أمّـا بعــد.
فيا أيّها المسلمون أوصيكم وإيّاى بتقوىالله فقد فاز من اتقى واتقوا الله حقّ تقاته ولاتموتنّ إلاّ وأنتم مسلمون.
Ibadallah! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan ketahuilah, bahwa salah satu konsekuensi takwa adalah menunaikan hak-hak ukhuwwah Islamiyyah. Maka, latihlah diri Anda untuk mencintai saudara-saudara Anda yang seiman dan seagama sebagaimana Anda mencintai diri Anda sendiri. Yahya Ar-Razi berkata, “Hendaknya setiap orang mukmin minimal mendapatkan tiga hal dari Anda: jika Anda tidak bisa memberinya manfaat (keuntungan), maka jangan memberinya mudharat (kerugian), jika Anda tidak bisa membuatnya gembira, maka jangan membuatnya bersedih, dan jika Anda tidak mau memujinya, maka jangan mencelanya
Hadirin jama`ah jum`ah yang berbahagia.
Sebelum kita menutup khutbah jumat ini denga berdoa bersama, marilah kita bersama mengevaluasi diri kita kembali. Sudah sejauh manakah kita menjunjung tinggi ukhuwah ISlamiyah kita.Sudah sejauh manakah kita menunauian ketaqwaan dan keilmuan kita  dalam kehidupan sehari hari. . Jangan sampai diri kita lalai dari mengingat Allah ataupun merasa sombong dan cukup diri dari Ibadah kepada Allah, sebagaimana nasehat yang pernah disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib
Aku kuatir dengan suatu masa yang rodanya dapat menggilas keimanan
Keyakinan tinggal pemikiran, yang tak berbekas dalam perbuatan
Banyak orang baik tapi tidak berakal,
Ada orang berakal tapi tidak beriman.
Ada lidah fasih tapi berhati lalai,
Ada yang khusuk tapi sibuk dalan kesendirian.
Ada ahli ibadah tapi mewarisi kesombongan iblis.
Ada ahli maksiat tapi bagai sufi,
Ada yang banyak tertawa tapi hatinya berkarat,
Ada yang banyak menangis tapi kufur nikmat,
Ada yang murah senyum tapi hatinya mengumpat,
Ada yang berhati tulus tapi wajahnya cemberut,
Ada yang berlisan bijak namun tak memberi teladan,
Ada pezina yang tampil menjadi figur,
Ada yang berilmu tapi tak faham,
Ada yang faham tapi tak menjalankan,
Ada yang pintar tapi membodohi,
Ada yang bodoh tak tau diri,
Ada yang beragama tapi tak berahlak,
Ada yang berahlak tapi tak bertuhan,
Lalu diantara semua itu dimanakah aku berada?

َاتَّقُوا اللهَ - عِبَادَ اللهِ -، وَابتَعِدُوا عَمَّا يُضْعِفُ شَخْصِيَّاتِكُمْ؛ تَسْعَدُوا فِي حَيَاتِكُمْ، وَتَهْـنَأُوا بِالجَنَّةِ بَعْدَ مَمَاتِكُمْ.
هَذَا وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلَى إِمَامِ الْمُرْسَلِيْنَ، وَقَائِدِ الْغُرِّ الْمُحَجَّلِيْنَ، فَقَدْ أَمَرَكُمُ اللهُ تَعَالَى بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ حَيْثُ قَال عَزَّ قَائِلاً عَلِيْمًا: ¨bÎ) ©!$# ¼çmtGx6Í´¯»n=tBur tbq=|Áムn?tã ÄcÓÉ<¨Z9$# 4 $pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#q=|¹ Ïmøn=tã (#qßJÏk=yur $¸JŠÎ=ó¡n@  .
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، َالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَاوَاتِ، يَا قَاضِيَا الْحَاجَاتِ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاًَ طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ.
اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَ الْإِحْسَانِ وَ إِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَ يَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَ الْمُنْكَرِ وَ الْبَغْيِ, يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَ لِذِكْرِ اللهِ أَكْبَرُ. وَ اللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ. اَقِمِ الصَّلَاةَ

Khutbah Jum'at "Krisis Identitas Ummat Islam "

Krisis Identitas Ummat Islam 
إِنَّ الحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ ونَسْتَعِينُهُ ونَسْتَهْدِيهِ ونَشْكُرُهُ ونَسْتَغْفِرُهُ ونَتُوبُ إِلَيْه، ونَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنا ومِنْ سَيِّئاتِ أَعْمالِنا، مَن يَهْدِ اللهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ ولا شَبِيهَ ولا مِثْلَ ولا نِدَّ لَه، ولا حَدَّ ولا جُثَّةَ ولا أَعْضاءَ لَه، أَحَدٌ صَمَدٌ لَمْ يَلِدْ ولَمْ يُولَدْ ولَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَد، وأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا وحَبِيبَنا وعَظِيمَنا وقائِدَنا وقُرَّةَ أَعْيُنِنا محمَّدًا عَبْدُهُ ورَسُولُهُ وصَفِيُّهُ وحَبِيبُهُ، مَنْ بَعَثَهُ اللهُ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ هادِيًا ومُبَشِّرًا ونَذِيرا. اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلى سَيِّدِنا محمَّدٍ وعَلى ءالِهِ وصَفْوَةِ صَحْبِه.
أَمّا بَعْدُ عِبادَ اللهِ فَإِنِّي أُوصِيكُمْ ونَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ العَلِيِّ العَظِيمِ وأَسْتَفْتِحُ بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ وإِنَّ خَيْرَ الكَلامِ كَلامُ الله، ويقول الله تعالى  فى كتابه الكريم "أعوذ بالله من الشيطان الرجيم “يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ،

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Jama’ah Shalat Jum’at yang dirahmati Allah
Pertama-tama marilah kita bersyukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan ni`mat-Nya yang telah dianugerahkan kepada kita sekalian, khususnya nikmat Iman, Islam, dah Ihsan sehingga kita semuadapat dipertemukan dalam sidang shalat jumat yang penuh berkah ini, dan smoga tetapi dipertemukan dengan hari yang paling mulia ini pada minggu minggu berikutnya.
Shalawat beriring salam senantiasa kita panjatkan kehadirat Nabi besar kita, junjungan kita, sayyiadana wa maulana Muhammad SAW yang mana telah membimbing ummat akhir zaman ini dengan cahaya Islam dan Iman
Selanjutnya marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan benar-benar taqwa, yaitu selalu menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Jama’ah Shalat jumat yang berbahagia.
1446 tahun. Bila kita sedikit melakukan review dan flashback, sudah 1446 tahun Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW muncul dan berkembang di Bumi ini. Dimulai dari Jazirah Arab nun jauh disana pada 14 abad yang lalu, Islam dibawa dan digaungkan oleh segenap masyarakat Makkah. Muncul sebagai sesuatu yang dianggap asing dan minoritas oleh masyarakat Arab yang notabene nya menganut paham penyembah berhala hingga penginutnya yang waktu itu masih sedikit dihina, dicaci maki, dianiaya, diasingkan, bahkan dibunuh. Namun, seiring waktu, dengan pengorbanan, kesungguhan, dedikasi, dan semangat menegakkan kalimah Allah di muka bumi ini, Islam semakin kuat, tegak, tersebar di seluruh muka bumi ini, menjadi sebuah Peradaban yang disegani dan dihormati oleh bangsa-bangsa lainnya. Al hadoroh al Islamiyyah al Aliyah. Benarlah prinsip yang berlaku
إن صبرتم على الأشق قليلا استمتعتم بالأرفه الذى طويلا
“ Apabila kamu bersabar dengan kesusahan dalam waktu yang sebentar, maka kamu akan menikmati keuntungan dalam waktu yang lama” Sejarah mencatat, bahwa peradaban Islam tumbuh dan berkembang pesat sejak abad 7 hingga abad ke 17. Pencapaian yang dicapai oleh Dinasti Muawiyah, Abbasiyah, hingga Turki Utsmani merupakan sedikit contoh bagaimana Peradaban Islam merupakan salah satu pelopor kemajuan pada kurun abad pertengahan. Pada zaman itu, ilmu-ilmu agama dan sains pengetahuan demikian berkembang, perpustakaan-perpustakaan besar didirikan untuk menyokong semangat keilmuan. Berbagai buku-buku masterpiece diterjemahkan dan dituliskan oleh ulama’ulama besar seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, dan Al Ghazali. Sistem pemerintahan diatur sedemikian rupa hingga sangat menjamin kesejahteraan rakyat nya. Militerisasi pun sangat diperhatikan, hingga pada waktu itu, sejarah mencatat bahwa wilayah kekuasaan Islam telah menyentuh daerah-daerah Eropa : Sevilla, Cordoba, Gibraltar,Barcelona, Zaragoza,  atau bahkan Afrika : Mesir, Maroko, Sudan hingga puncaknya, peradaban Islam dibawah Sultan Muhammad al Fatih yang masih berusia 21 tahun berhasil menaklukkan Imperium dan kerajaan terbesar waktu itu, Peradaban Romawi pada tahun 1457 masehi. Allahu Akbar, lihatlah bagaimana seorang pemuda berusia 21 tahun yang mana pada era kita sekarang masih berusaha untuk merebut hati wanita, namun ia telah berhasil merebut kekuasaan terbesar dan benteng terkokoh di dunia pada waktu itu. Benarlah sabda nabi yang berbunyi :
: لتفتحن القسطنطينية فلنعم الأمير أميرها ولنعم الجيش ذلك الجيش
Kota Konstantinopel akan ditaklukkan oleh pemimpin sebaik-baiknya pemimpin, dan tentara yang dibawah komandonya ialah tentara sebaik-baiknya tentara. (HR . Ahmad bin Hanbal )
Jama’ah Shalat Jumat yang dirahmati Allah.
Namun, segala kemajuan dan pencapaian luar biasa yang pernah dicapai oleh peradaban Islam pada dekade yang lalu, seolah hilang tak berbekas pada hari ini. Memang benar Islam masih menjadi agama dengan penganut terbanyak di dunia ini. Namun, hal itu tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas dan identitas Islam kita. Secara kuantitas, kita adalah mayoritas. Namun secara kualitas dan identitas, kita adalah minoritas.
Hari ini, ummat Islam mengalami krisis identitas sebagai seorang muslim. Secara status, kita memang beragama Islam, namun secara moral dan etika, kita bukanlah Islam. Jika kita melihat kondisi ummat Islam saat ini, khususnya Indonesia, yang katanya penduduk dengan jumlah Muslim terbesar di dunia,tergambar dengan jelas betapa merosotnya akhlak sebagian besar ummat Islam.Dekadensi moral terjadi terutama di kalangan remaja. Tawuran, perkelahian, pemakaian obat-obatan terlarang, bahkan perzinahan, menjadi potret gambaran bagaimana remaja di Indonesia sekarang. Lebih mirisnya lagi, hal ini tidak hanya terjadi di remaja juga, namun krisis identitas kita sebagai Muslim juga tergambar jelas di segala sector kehidupan ummat. Para pemimpin yang semakin sibuk dengan urusannya sendiri dan memprrkaya perut-perut mereka. Para ulama’ yang tidak lagi berjuang untuk kepentingan ummat, namun hanya untuk kepentingan pribadi atau golongan. Para pengusaha dan orang-orang kaya yang lari dari tanggung jawab membayar zakat serta tak lagi memperdulikan cara yang riba atau bahkan haram dalam bisnis mereka. Kesemua golongan diatas berlomba lomba untuk hidup duniawi mereka seakan mereka hidup kekal, dan mengesampingkan urusan akhirat mereka. Inilah yang oleh Nabi dinamakan dengan penyakit akhir zaman, yaitu penyakit Al Wahn dan sahabat bertanya, famaa hiya al wahyn ya rasulullah, hubbuddunya wa karahiyatul maut. Dan sahabat beratanya apa itu penyakit wahn ya rasulullah, dan rasulullah menjawab penyakit cinta dunia dan takut mati.
Hal diatas semakin diperparah dengan masuknya pola kehidupan barat, Werstern Life Style, yang mana begitu menjamur di kalangan masyarakat sekarang. Gaya hidup hedonis dan materealistis seakan menjadi patokan dan transetter manusia postmodern sekarang.
 Sekarang kita hidup di tengah masyrakat yang mana tingkat kemulian nya bukan dipandang dari seberapa dalam ilmu nya atau seberapa tinggi takwa nya, melainkan dari seberapa tinggi pangkat pekerjaan nya, dan seberapa besar gaji nya.
Sekarang kita hidup di tengah masyarakat yang seakan terasa sangat berat untuk shalat, namun terasa sangat ringan untuk urusan pekerjaan duniawi dan mengerjakan maksiat.
Sekarang kita hidup di tengah masyarakat yang sangat malas dan enggan untuk membaca Al Quran, namun terasa sangat ringan untuk membaca majalah, novel, dan koran.
Sekarang kita hidup di tengah masyarakat yang mana sangat pelit untuk mengeluarkan selembar 10 ribu untuk zakat, namun berlomba-berlomba mengeluarkan uang 100 ribu an bahkan jutaan  untuk membeli barang dan perangkat.
Sekarang kita hidup di tengah masyarakat yang berlomba-lomba menuju tempat hiburan, namun untuk melangkahkan kaki ke masjid, mereka sangat enggan dan merasa beban.  
Bahkan detik ini, kita juga berlomba lomba berada di barisan pertama ketika ada konser atau  pertunjukkan hiburan lain nya, namun ketika shalat jum’at kita malah berlomba lomba duduk di barisan terakhir.
Sekarang ini, yang wanita berlomba-lomba mengenakan pakaian yang menunjukkan aurat nya, namun bagi mereka yang berpakaian secara sopan dan menutup aurat malah dibilang ketinggalan zaman.
Sekarang ini, kita hidup di tengah remaja wanita yang semakin tenggelam dalam busaha hijab modernis, atau hijab gaul, yang mana juga menunjukkan lekukan tubuh mereka, namun mereka yang mengenakan hijab sesuai tuntutan syari’at malah dibilang tidak modernis dan stylish.
Sekarang ini, kita hidup di tengah budaya masyarakat yang mengagungkan kebebasan dalam berbusana dan berpakaina, namun, bagi mereka yang mengenakan jubah atau memanjangkan jenggot sesuai sunnah nabi, malah dibilang tidak postmodernis atau bahkan teroris.
Inilah potret identitas Islam sekarang, Kita semakin terpinggirkan di pinggiran gempuran berbagai kebudayaan. Kita semakin tersisihkan di tengah himpunan berbagai peradaban . kita semakin asing di dalam keterasingan, kehilangan identitas, moral, etika, bahkan spiritualitas. LIhatlah sabda nabi yang berbunyi :
بدأ الإسلام غريبا وسيعود غريبا، فطوبا للغرباء
Islam dimulai dengan keadaan asing, dan kelak juga akan kembali dalam keadaaan asing, maka bersyukurlah orang-orang yang asing tersebut.
Dengan semakin mirisnya krisis identitas islami yang kita alami, setidaknya kita butuh sosok pemimpin yang bisa membimbing kita agar dalam menegakkan agama Islam, membangkitkan dan selalu menegakkan jati diri kita sebagai muslim sejati dan hakiki, sehingga kita bisa mentaatinya sebagaimana lazimnya sesuai dengan firman Allah :
يا أيها الذين أمنوا وأطيعوالله الرسول وأولى الأمر منكم
Wahai orang-orang beriman, taatilah Allah, Rasulnya, dan Pemimpin diantara kalian.
Namun pada kenyataan nya, orang-orang yang menamakan diri mereka sebagai pemimpin kita pada hari ini malah semakin menjungkir balikkan keadaan dan identitas kita menjadi semakin buram dan tenggelam dalam kubangan lumpur kebimbangan dan skeptisisme. Masyarakat Islam yang sudah kehilangan identitas, malah semakin dibuat bingung dengan kebijakan-kebijakan pemimpin kita.
Kau ini bagaimana, wahai pemimpin, atau aku yang harus bagaimana
Kau suruh aku berfikir, aku berfikir kau tuduh aku kafir
Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plinplan
Kau suruh aku maju, aku maju kau jegal kakiku
Kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku
Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
Aku Harus bagaimana
Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkuk ku
Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah ku pilih kau bertindak semaumu
Kau bilang selalu memiirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
Kau ini bagaimana
Aku bilang terserah kau, kau tidak mau
Aku bilang terserah kita, kau tak suka
Aku bilang terserah aku, kau memakiku
Kau ini bagaimana, wahai pemimpin. Atau aku yang harus bagaimana ?
Jama’ah shalat jumat yang berbahagia.
Namun, bisakah kita sebagai Ummat muslim kembali bangkit dan menegakkan kembali identitas kita sebagai sebuah peradaban Islam maju dan terdepan diantara peradaban –peradaban lain nya ? Tentu saja bisa. Mari kita bayangkan sebuah scenario dimana tradisi keilmuan dan pendidikan di ummat Muslim sekarang kembali ditumbuhkan dan dikembangkan. Ditambah dengan dukungan serta sokongan penuh dari pemerintah dan militer. Serta sumbangan material dari para dermawan-dermawan muslim, maka insya Allah, bi Idznilah, khotib yakin, dalam kurun waktu kurang dari satu abad, apabila scenario diatas dijalankan dengan kesungguhan,Ummat Islam akan muncul kembali sebagai suatu peradaban yang maju dan padu dan rahmatan lil alamin. Amin.
Dan bersyukurlah kita, pondok-pondok pesantren di Indonesia mempunyai peranan penting dalam mengembangkan wawasan keilmuan dan pengembangan moral anak-anak bangsa. Betapa tidak, santri-santri di pesantren tetap teguh memegang identitas mereka sebagai seorang Muslim, tanpa ternetralisir oleh budaya hidup kebarat-baratan yang berkembang di luar sana. Waktu mereka dihabiskan bukan untuk berjalan-jalan atau mencari hiburan, tetapi dihabiskan untuk mentadabburi kandungan Al Quran, dan mengkaji khazanah-khazanah keislaman. Ditanamkan pula identitas pemuda sejati di dalam sanubari mereka. Anal kaSyafu walakinni muslim. Saya seorang pemuda, namun saya tetap seorang muslim sejati. Mereka inilah yang tetap teguh memegang identitas muslim mereka. Mereka inilah santri-santri di pesantren. Idealis namun tetap realistis. Visioner, namun tidak egaliter. Berjiwa Islamis, namun juga nasionalis. Tradisionalis namun juga modernis. Ketahuilah, Santri santri di pesantren tidak akan mati karena kelaparan, tidak akan tumbang karena sakit, tidak akan goyah karena bimbang, namun mereka akan tumbuh lurus keatas, menjunjung tinggi Islam dan kalimah Allah, Li’ilai kalimatillah. Dan kelak, dengan izin Allah SWT, mari sama-sama kita doakan, kelak 5,10, atau 15 tahun ke depan, santri santri kita bisa menjadi tonggak serta harapan baru bagi kebangkitan Ummat Islam di dunia, dan Indonesia khusus nya. Mereka lah yang akan menagkutalisasikan nilai-nilai keislamana terhadap seluruh masyarakat dunia. Mari bersama kita doakan, mereka inilah yang dimaksud dengan firman Allah SWT
* $tBur šc%x. tbqãZÏB÷sßJø9$# (#rãÏÿYuŠÏ9 Zp©ù!$Ÿ2 4 Ÿwöqn=sù txÿtR `ÏB Èe@ä. 7ps%öÏù öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ (#qßg¤)xÿtGuŠÏj9 Îû Ç`ƒÏe$!$# (#râÉYãŠÏ9ur óOßgtBöqs% #sŒÎ) (#þqãèy_u öNÍköŽs9Î) óOßg¯=yès9 šcrâxøts ÇÊËËÈ  
tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
Jamaah Shalat Jumat yang berbahagia.
بارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
Khutbah Kedua
الحمد لله حمدا كثيرا. والشكر لله شكرا كثيرا. وإيّاه نعبد ونستعين وبه نستغفر وعليه نتوكّـل. ونعوذ به من شرور أنفسنا ومن سيّئات أعمالنا. أشهد أن لاإله إلاّ الله وحده لاشريك له وأشهد أنّ محمّدا عبده ورسوله. اللهمّ صلّ وسلّم على هذا النبىّ الكريم محمّد صلّىالله عليه وسلّم أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين. أمّـا بعــد.
فيا أيّها المسلمون أوصيكم وإيّاى بتقوىالله فقد فاز من اتقى واتقوا الله حقّ تقاته ولاتموتنّ إلاّ وأنتم مسلمون.
َاتَّقُوا اللهَ - عِبَادَ اللهِ -، وَابتَعِدُوا عَمَّا يُضْعِفُ شَخْصِيَّاتِكُمْ؛ تَسْعَدُوا فِي حَيَاتِكُمْ، وَتَهْـنَأُوا بِالجَنَّةِ بَعْدَ مَمَاتِكُمْ.
هَذَا وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلَى إِمَامِ الْمُرْسَلِيْنَ، وَقَائِدِ الْغُرِّ الْمُحَجَّلِيْنَ، فَقَدْ أَمَرَكُمُ اللهُ تَعَالَى بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ حَيْثُ قَال عَزَّ قَائِلاً عَلِيْمًا: ¨bÎ) ©!$# ¼çmtGx6Í´¯»n=tBur tbq=|Áムn?tã ÄcÓÉ<¨Z9$# 4 $pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#q=|¹ Ïmøn=tã (#qßJÏk=yur $¸JŠÎ=ó¡n@  .
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، َالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَاوَاتِ، يَا قَاضِيَا الْحَاجَاتِ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاًَ طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ.
اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَ الْإِحْسَانِ وَ إِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَ يَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَ الْمُنْكَرِ وَ الْبَغْيِ, يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَ لِذِكْرِ اللهِ أَكْبَرُ. وَ اللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ. اَقِمِ الصَّلَاةَ



ô