Minggu, 22 Mei 2016

Khutbah Jum'at " Ukhuwwah Islamiyah"

Ukhuwwah Islamiyah 
الخطبة الأولى
الْحَمْدُ للهِ الَّذِي كَتَبَ العِزَّةَ لِعِبَادِهِ المُؤْمِنِينَ، وَأَمَرَ بِالعَزْمِ أَوْلِيَاءَهُ المُتَّقِينَ، ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ  إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، أَنْكَرَ عَلَى المُنَافِقِينَ التَّقَـلُّبَ فِي مَوَاقِفِهِمْ، وَالمُدَاهَنَةَ فِي تَصَرُّفَاتِهِمْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، حَثَّ أُمَّـتَهُ عَلَى الاستِقْلالِ فِي الآرَاءِ وَالمَوَاقِفِ، وَنَهَاهُمْ عَنِ التَّقْلِيدِ الأَعْمَى مَهْمَا عَظُمَتِ المَخَاوِفُ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْـلِ الأَصَالَةِ وَالثَّبَاتِ، وَأَرْوَعِ الأَمْـثِلَةِ فِي تَأْكِيدِ الذَّاتِ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
عِبادَ اللهِ فَإِنِّي أُوصِيكُمْ ونَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ العَلِيِّ العَظِيمِ وأَسْتَفْتِحُ بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ وإِنَّ خَيْرَ الكَلامِ كَلامُ الله، ويقول الله تعالى  فى كتابه الكريم "أعوذ بالله من الشيطان الرجيم “يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ،

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Pertama-tama marilah kita bersyukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan ni`mat-Nya yang telah dianugerahkan kepada kita sekalian, khususnya ni`mat iman dan islam
Selanjutnya marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan benar-benar taqwa, yaitu selalu menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
 Ayyuhal muslimun! Bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jamaah Shalat Jumat yang dirahmati Allah
وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنَكُمْ وَأَطِيعُوا اللهَ وَرَسُولَهُ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang beriman.” (Q.S. Al-Anfal:1)
Ibadallah! Salah satu prinsip besar yang dibangun oleh agama kita ialah prinsip ukhuwwah (persaudaraan) di antara sesama orang beriman.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara.” (Q.S. Al-Hujurat :10)
Jika hubungan persaudaraan yang ada di antara manusia sangat beraneka ragam menurut macam-macam tujuan dan maksudnya, maka hubungan persaudaraan yang paling kokoh talinya, paling mantap jalinannya, paling kuat ikatannya, dan paling setia kasih sayangnya ialah persaudaraan berdasarkan agama. Karena, persaudaraan semacam ini tidak putus talinya, tidak akan berubah karena perubahan zaman, dan tidak akan berbeda karena perbedaan orang dan tempat. Persaudaraan yang berlandaskan akidah dan iman, serta berdasarkan agama yang murni karena Rabb Yang Mahaesa senantiasa mampu mempersatukan umat Islam dari berbagai penjuru. Inilah rahasia kekuatan dan kekokohannya. Inilah kunci keakraban para personelnya yang ada di belahan bumi bagian timur maupun barat. Dan inilah yang membuat mereka menjadi satu kesatuan yang pilar-pilarnya sangat kuat dan bangunannya sangat kokoh. Sehingga, badai topan pun tidak sanggup menggoyahkannya. Ia laksana bangunan yang dibangun dengan timah dan ibarat tubuh yang satu.
Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari radiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullahushallallahu ‘slaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya orang mukmin bagi mukmin (lainnya) bagaikan bangunan yang satu sama lain saling menguatkan.” (Shahih Al-Bukhari, 481, dan Shahih Muslim, 2585 ). “Dan beliau pun menyilangkan jari-jemarinya,” kata Abu Musa.
Sementara An-Nu’man bin Basyir radiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
Perumpamaan orang-orang beriman di dalam cinta dan kasih sayang mereka adalah seperti tubuh. Jika salah satu anggotanya mengeluh sakit, maka anggota tubuh lainnya akan memberikan kesetiaan kepadanya dengan berdagang (susah tidur) dan demam.” (H.R. Al-Bukhari, 6011 dan Muslim, 2587 )
Saudara-saudara sekalian! Sesungguhnya, ukhuwwah Islamiyah adalah ruh dari iman yang kuat dan inti dari perasaan yang meluap-luap yang dirasakan oleh seorang muslim terhadap saudara-saudaranya yang seakidah. Bahkan, ia merasa bahwa ia bisa hidup karena mereka, bersama mereka dan di tengah-tengah mereka. Seolah-olah mereka semua adalah ranting-ranting yang tumbuh dari satu batang pohon dan muncul dari pokok yang sama. Dengan perasaan itu, maka hilanglah perbedaan kesukuan dan warna kulit, lenyaplah perbedaan ras, dan matilah fanatisme kebangsaan dan kesukuan. Sehingga, yang ada hanyalah pondasi besar yang menjadi landasan berdirinya masyarakat Islam internasional yang dihimpun oleh satu tali dan dinaungi satu bendera, yakni bendera iman dan tali ukhuwwah Islamiyah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَآأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لتعارفوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujurat: 13)
Saudara-saudara seiman dan seagama! Di dalam masyarakat Islam yang berlandaskan akidah iman dan bertemu pada titik syi’ar Islam, persaudaraan akidah menggantikan persaudaraan nasab (darah), dan ikatan iman menggantikan ikatan-ikatan materi, kepentingan individu, maupun ambisi pribadi. Di situ seorang mencintai saudara-saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri. Ia merasa sedih bila mereka sedih dan ia merasa senang bila mereka senang. Ia selalu berbagi suka dan duka bersama mereka. Oleh karena itu, Islam memberantas gejala-gejala egoisme dan mental suka mementingkan diri sendiri yang kejam. Karena, ia merupakan kecenderungan yang tercela dan bencana yang buruk yang diberantas oleh Islam, serta diganti dengan rasa persaudaraan dan persahabatan.
Siapa pun yang meneliti sejarah umat ini akan menemukan, bahwa umat Islam belum pernah bersatu kata, merapatkan barisan, mengangkat panji-panji kejayaan, menegakkan negara, atau disegani musuh, melainkan karena rasa persaudaraan yang sangat kuat di antara mereka dan tidak ada bandingannya di dalam sejarah umat manusia. Yaitu sebuah persaudaraan yang sangat kuat dan kokoh yang menjadi pondasi bangunan umat yang perkasa, tangguh, kuat, dan gagah. Sehingga, setelah bertarung melawan musuh-musuhnya, posisinya sangat disegani, tiang-tiangnya menjulang tinggi dan pilar-pilarnya sangat kokoh.
Wahai umat Islam sekalian! Di dalam sejarah kita mendapat banyak contoh nyata dan peristiwa yang tiada tara yang menggambarkan betapa kuatnya ikatan persaudaraan di antara sesama umat Islam. Yang paling masyhur ialah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Sehingga, setiap orang Anshar memiliki saudara dari kalangan Muhajirin. Bahkan, ada orang Anshar yang mengajak saudaranya dari kalangan Muhajirin ke rumahnya, kemudian ia menawarkan kepadanya untuk berbagi harta bendanya yang ada di rumahnya. Dan ia pun siap berbagi suka dengannya. Persaudaraan manakah di dunia ini yang bisa menandingi ukhuwwah Islamiyah tersebut?
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُو الدَّارَ وَاْلإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلاَيَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ
Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).” (Q.S. Al-Hasyr: 9)
Kemudian, apa yang terjadi setelah banyak umat Islam dikuasai hatinya oleh materi, peradaban yang palsu merajalela di mana-mana, dan dunia melompat dari tangan ke dalam hati, lalu bertemu dengan iman yang lemah dan pendidikan yang salah, dan melaju bersama kesenangan dan materi, lalu tunduk di hadapan tantangan yang menghadang? Yang terjadi setelah itu adalah ketegangan hubungan sosial di antara sesame, karena sebab yang sangat sepele. Bahkan, ketegangan itu pun terjadi di antara orang-orang yang memiliki hubungan dekat, baik hubungan nasab (keturunan), perkawinan, persahabatan, maupun tetangga. Sehingga pertikaian merajalela, pertengkaran terjadi di mana-mana, perpecahan meluas, dan pemutusan hubungan menjadi-jadi. Kondisi itu menyebabkan hilangnya kasih sayang dan kejernihan, menimbulkan perpecahan dan gugat-menggugat, lalu memicu timbulnya sikap egois dan mementingkan diri sendiri.
Gejalanya bermacam-macam dan banyak ditemukan di tengah masyarakat. Hal itu dipicu oleh lemahnyaukhuwwah Islamiyah di antara umat Islam, bahkan di antara sesama anggota keluarga. Misalnya, ada orang yang terlibat pertengkaran kecil dengan saudara kandungnya karena memperebutkan secuil harta. Lalu, masalahnya menjadi pelik dan semakin besar. Para juru runding gagal mendamaikan mereka. Masing-masing ngotot ingin menempuh jalur hukum dan mondar-mandir ke pengadilan hanya untuk melampiaskan dendam kepada saudaranya sendiri, gara-gara segenggam harta atau sejengkal tanah. Bahkan, ada orang yang tidak bertegur sapa dengan saudara kandungnya selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Subhanallah!
Ada pula orang yang tidak pernah berkunjung ke rumah pamannya atau saudara sepupunya. Bahkan, juga tidak pernah menghubunginya melalui telepon untuk sekadar basa-basi. Dan itu bisa bertahan selama bertahun-tahun.
Ada kawan dekat dan teman akrab yang bersahabat selama bertahun-tahun dalam suasana yang harmonis. Lalu, tiba-tiba terjadi sedikit kesalahpahaman dan mendadak tali persahabatannya putus begitu saja, bahkan berubah menjadi permusuhan, dendam, dan buruk sangka.

Bahkan, perpecahan antara Ummat islam ini diperparah dengan upaya kaum Barat Imperzlis-Liberal dengan membuat Islam terbelah menjadi kelompok-kelompok yang saling bertentangan. Ada yang berwujud Islam Nusantara, Islam Radikal, Islam Fundamental, Islam Kiri, Islam Tradisonalis, Islam Modernis dan berbagai nama lainnya. Kesemuanya itu ialah upaya Barat untuk memecah belar persatuan Ummat Islam.
Allahul musta’an! Inikah umat yang bersatu? Inikah ajaran ukhuwwah Islamiyyah yang benar? Cukuplah, wahai hamba-hamba Allah! Hentikanlah permusuhan dan pertengkaran! Awas, jangan sampai setan berhasil mengadu domba Anda! Berdamailah, wahai orang-orang yang berseteru! Sambunglah hubungan, wahai orang-orang yang memutuskan hubungan! Karena dampak buruk dari perseteruan dan pemutusan hubungan itu sangat besar, baik di dunia maupun di akhirat. Tidakkah Anda mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Tidak halal bagi seorang muslim menjauhi saudaranya (sesama muslim) lebih dari tiga malam (hari). Mereka berdua berjumpa, lalu yang ini berpaling dan yang ini pun berpaling. Dan yang terbaik di antara mereka berdua adalah orang yang memulai mengucapkan salam.”(Shahih Al-Bukhari, 6077 dan Shahih Muslim, 2560)
Atau sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tolonglah saudaramu dalam posisi sebagai orang zalim maupun korban kezaliman.” (Shahih Al-Bukhari, 2443)
Atau sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Amal manusia ditunjukkan (kepada Allah) pada hari Senin dan Kamis. Lalu orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu akan diampuni dosanya, kecuali orang yang memendam rasa permusuhan dengan saudaranya. Dia (Allah) berfirman, ‘Tinggalkan kedua orang ini sampai mereka berdamai.’” (H.R. Muslim dan lain-lain)
Di sisi lain, sejauh mana dukungan umat Islam dalam mewujudkan ukhuwwah Islamiyah? Dalam arti, siapakah di antara kita yang mau melihat kondisi saudara-saudaranya dan keadaan tetangganya, terutama orang-orang yang miskin, lemah, tidak berdaya dan membutuhkan uluran tangan? Maka, siapa pun yang memiliki kelebihan uang, makanan atau pakaian hendaknya mencari saudara-saudaranya yang membutuhkan bantuan. Betapa banyak jumlah mereka! Karena hal itu dapat menciptakan kesetiakawanan dan menanamkan belas kasih. Dan hal itu akan meraup pahala yang melimpah di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan orang-orang yang bergelimang harta, tetapi beberapa meter dari tempat tinggalnya ada saudara-saudaranya sesama muslim menjerit kelaparan, adalah orang-orang yang tidak mau membuktikan dasar yang agung ini.
Wahai umat Islam! Ketika mengingatkan tentang kewajiban membangun ukhuwwah Islamiyyah, kita tidak boleh melupakan saudara-saudara kita yang seiman dan seakidah di berbagai belahan dunia. Kita semua berkewajiban memberikan bantuan, dukungan, doa, sumbangan, dan pertolongan kepada mereka. Lebih-lebih mereka yang tengah berjuang dengan tabah dan minoritas muslim yang tertindas di mana-mana.
Jamaah Shalat Jumat yang berbahagia.
بارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
Khutbah Jumat Kedua
الحمد لله حمدا كثيرا. والشكر لله شكرا كثيرا. وإيّاه نعبد ونستعين وبه نستغفر وعليه نتوكّـل. ونعوذ به من شرور أنفسنا ومن سيّئات أعمالنا. أشهد أن لاإله إلاّ الله وحده لاشريك له وأشهد أنّ محمّدا عبده ورسوله. اللهمّ صلّ وسلّم على هذا النبىّ الكريم محمّد صلّىالله عليه وسلّم أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين. أمّـا بعــد.
فيا أيّها المسلمون أوصيكم وإيّاى بتقوىالله فقد فاز من اتقى واتقوا الله حقّ تقاته ولاتموتنّ إلاّ وأنتم مسلمون.
Ibadallah! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan ketahuilah, bahwa salah satu konsekuensi takwa adalah menunaikan hak-hak ukhuwwah Islamiyyah. Maka, latihlah diri Anda untuk mencintai saudara-saudara Anda yang seiman dan seagama sebagaimana Anda mencintai diri Anda sendiri. Yahya Ar-Razi berkata, “Hendaknya setiap orang mukmin minimal mendapatkan tiga hal dari Anda: jika Anda tidak bisa memberinya manfaat (keuntungan), maka jangan memberinya mudharat (kerugian), jika Anda tidak bisa membuatnya gembira, maka jangan membuatnya bersedih, dan jika Anda tidak mau memujinya, maka jangan mencelanya
Hadirin jama`ah jum`ah yang berbahagia.
Sebelum kita menutup khutbah jumat ini denga berdoa bersama, marilah kita bersama mengevaluasi diri kita kembali. Sudah sejauh manakah kita menjunjung tinggi ukhuwah ISlamiyah kita.Sudah sejauh manakah kita menunauian ketaqwaan dan keilmuan kita  dalam kehidupan sehari hari. . Jangan sampai diri kita lalai dari mengingat Allah ataupun merasa sombong dan cukup diri dari Ibadah kepada Allah, sebagaimana nasehat yang pernah disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib
Aku kuatir dengan suatu masa yang rodanya dapat menggilas keimanan
Keyakinan tinggal pemikiran, yang tak berbekas dalam perbuatan
Banyak orang baik tapi tidak berakal,
Ada orang berakal tapi tidak beriman.
Ada lidah fasih tapi berhati lalai,
Ada yang khusuk tapi sibuk dalan kesendirian.
Ada ahli ibadah tapi mewarisi kesombongan iblis.
Ada ahli maksiat tapi bagai sufi,
Ada yang banyak tertawa tapi hatinya berkarat,
Ada yang banyak menangis tapi kufur nikmat,
Ada yang murah senyum tapi hatinya mengumpat,
Ada yang berhati tulus tapi wajahnya cemberut,
Ada yang berlisan bijak namun tak memberi teladan,
Ada pezina yang tampil menjadi figur,
Ada yang berilmu tapi tak faham,
Ada yang faham tapi tak menjalankan,
Ada yang pintar tapi membodohi,
Ada yang bodoh tak tau diri,
Ada yang beragama tapi tak berahlak,
Ada yang berahlak tapi tak bertuhan,
Lalu diantara semua itu dimanakah aku berada?

َاتَّقُوا اللهَ - عِبَادَ اللهِ -، وَابتَعِدُوا عَمَّا يُضْعِفُ شَخْصِيَّاتِكُمْ؛ تَسْعَدُوا فِي حَيَاتِكُمْ، وَتَهْـنَأُوا بِالجَنَّةِ بَعْدَ مَمَاتِكُمْ.
هَذَا وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلَى إِمَامِ الْمُرْسَلِيْنَ، وَقَائِدِ الْغُرِّ الْمُحَجَّلِيْنَ، فَقَدْ أَمَرَكُمُ اللهُ تَعَالَى بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ حَيْثُ قَال عَزَّ قَائِلاً عَلِيْمًا: ¨bÎ) ©!$# ¼çmtGx6Í´¯»n=tBur tbq=|Áムn?tã ÄcÓÉ<¨Z9$# 4 $pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#q=|¹ Ïmøn=tã (#qßJÏk=yur $¸JŠÎ=ó¡n@  .
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، َالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَاوَاتِ، يَا قَاضِيَا الْحَاجَاتِ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاًَ طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ.
اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَ الْإِحْسَانِ وَ إِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَ يَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَ الْمُنْكَرِ وَ الْبَغْيِ, يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَ لِذِكْرِ اللهِ أَكْبَرُ. وَ اللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ. اَقِمِ الصَّلَاةَ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar