AKAL KITA
Sugeng
Priyadi/ Mahasiswa semester 4 Aqidah Filsafat, Fakultas Ushuluddin, Kampus ISID
Siman
Alkisah setelah Nabi Adam, manusia pertama diciptakan, Allah
mengajarinya untuk mengenal berbagai macam benda yang ada di sekitarnya.
Setelahnya Allah menunjukkannya di depan
para malaikat untuk menyebutkan berbagai macam benda yang telah diajarklan
tadi. Melihat ini para para malaikat pun takjub akan kemampuannya. Ketika Allah
menyuruh untuk bersujud kepada Adam sebagai bentuk penghormatan kepadanya, maka
para malaikat pun mengikutinya. Kecuali Iblis yang enggan dan menolak
melaksanakannya. Dia pun berargumen : Aku diciptakan dari api,sementara Adam
dari tanah, maka aku lebih mulia daripada dia, lantas mengapa aku harus
bersujud kepadanya.” Atas pembangkangan inilah maka Allah menghukum Iblis.
Sekelumit kisah diatas barangkali sudah sering kita dengar baik
dari guru-guru kita ataupun orang lain. Namun yang perlu kita garis bawahi
disini adalah alasan yang diajukan iblis menolak bersujud kepada Adam,
bahwasanya ia diciptakan dari api, maka ia lebih baik daripada Adam yang
diciptakan dari tanah. Sekilas memang tampak masuk akal, namun apabila kita
cermati lebih mendalam lagi pasti akan tampak kekeliruannnya. Memang sejak
kapan ada teori atau konsep bahwasanya api itu lebih baik daripada tanah ?
Bukankan semua unsur tersebut sama kedudukannya. Nah, disinilah letak kesalahan
logika akal yang digunakan oleh iblis dalam penolakan bersujud kepada Adam.
Berangkat dari kesalahan logika diatas tadi, kita sebagai manusia
harusnya tidak perlu mengikuti kesalahan berfikir seperti yang dilakukan iblis
diatas. Karena Allah telah menganugrahkan dalam diri kita sesuatu yang dapat
membedakan baik dan buruk yaitu AKAL. Dengan akal pula kita menjadi
makhluk ciptaan Allah yang mulia,
sehingga malaikat pun diperintahkan bersujud. Dengan akal pula manusia
diperintahkan untuk menjadi khalifah di muka bumi yang mana tak dapat dilakukan
oleh malaikat sekalipun. Al Quran sendiri pun banyak sekali menyebut keutamaan
orang yang menggunakan akalnya. Kata kata ‘ya’qiluun, yatadabbaruun’
yanzuruun’ dan berbagai sighoh lainnya menunjukkan betapa urgennya peranan
akal dalam AL Quran.
Semestinya dengan menggunakan akal yang mana telah dianugrahkan
kepada kita, dan tentu saja juga berpedoman pada Al Quran dan AS Sunnah,
manusia dapat terhindarkan dari kesalahan-kesalahan selama hidupnya. Manusia
khususnya ummat Islam sendiri dapat mencapai kemajuan dalam kehidupan bahkan
peradabannya, karena dalam AL Quran orang yang menggunakan akalnya dinisbatkan
kepada kaum mu’minin.
Lantas sekarang yang kita pertanyakan disini adalah sudahkan kita
sebagai ummat islam menggunakan akalnya sesuai dengan peranan yang telah
ditetapkan ‘Liyumayyizul khobitsa minhu mina toyyib’, untuk membedakan
yang baik dari yang buruk. Bukankah sekarang realita berkata bahwasanya
kemajuan yang dicapai oleh Barat baik dari segi peradaban, teknologi, dan
bidang lainnya sudah sangat maju, bahkan melampaui ummat Islam sendiri.
Sementara kita yang notabane nya sebagai ummat islam, yang mana dalam Al Quran
disebut sebagai kaum yang menggunakan akalnya malah tertinggal dalam banyak
bidang, bahkan bisa dikatakan terpuruk.Bahkan di negara-negara islam banyak
yang kehidupannya terpuruk, tertinggal, dan miskin. Hal yang sangat kontras
apabila kita bandingkan dengan 8 sampai sepuluh abad yang lalu, ketika ummat
Islam masih dibawah pemerintahan Dinasti Abbasiyah dan Utsmaniyah. Bukankah ini
bukti bahwasanya kaum barat lebih menggunakan akalnya daripada ummat Islam
sendiri.
Permisalan lainnya dapat kita lihat pada baru- baru ini. Dalam
kasus penolakan konser Lady Gaga beberapa pekan lalu. Pada sebuah stasiun
televisi swasta ditampilkan jejak pendapat pro-kontra mengenai konser ‘mother
of monster’ ini. Banyak yang dengan tegas menolak konser ini diadakan, namun
yang disayangkan pula banyak juga beberapa tokoh yang mendukung diadakannya
konser ini. Sudah jelas bahwasanya Lady Gaga adalah pengumbar pornoaksi,
pornografi, pendukung seks bebas, homoseks, dan juga lesbianisme. Bahkan dia juga
pernah berujar dalam satu kesempatan’ Tidak ada batasan atau peraturan dalam
hal cinta’. Sudah jelas segala kelakuannya buruknya, namun mengapa masih saja
ada tokoh yang mendukung dia, diantaranya Irshad Manji. Dengan beralasan
kebebasan berekspresi dalam seni dan berpendapat yang dikemukakannya, tentu
saja tak dapat diterima oleh kita sebagai ummat Islam yang menggunakan akalnya.
Di Indonesia paham komunisme sudah lama dilarang penyebarannya karena memang
berbahaya. Lantas bagaimana dengan tindakan mendukung penyebaran paham lesbianisme,
pornografi dan seks bebas, yang jelas juga mengandung tingkat kejahatan yang
tinggi ?
Barangkali logika yang digunakan oleh Irshad Manji diatas juga
menyerupai dengan logika yang digunakan Iblis dalam menolak bersujud kepada
Adam. Kesalahan berfikir inilah yang harus dihindari oleh kita. Layaknya
manusia yang dianugrahi akal oleh Allah, maka kita juga harus menggunakannya
seefisiensi mungkin. Apalagi mengingat tugas kita, manusia sebagai khalifah di
muka bumi ini adalah untuk menjaga kemaslahatan di dalamnya, bukan malah
merusaknya. Lantas jika kita malah menyebarkan kerusakan di bumi ini dengan
semisal tindakan mendukung konser Lady Gaga maka benarlah sanggahan perkataan
malaikat pada saat Allah hendak menciptakan Adam : Apakah KAMU akan
menciptakan makhluk yang akan merusak di bumi dan menumpahkan darah (kekacauan
)? Sebuah kewajiban dan tugas bagi kita sebagai manusia untuk selalu
berfikir dengan akalnya, bukan nafsunya semata.
Wallahu a’lam Bissawab……
Dipostkan di Kampus Hijau, Bumi Siman, Ponorogo
Senin, 9 Juli 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar