Senin, 09 Juli 2012

Akal Kita


                                          AKAL KITA                                         
    Sugeng Priyadi/ Mahasiswa semester 4 Aqidah Filsafat, Fakultas Ushuluddin, Kampus ISID Siman

Alkisah setelah Nabi Adam, manusia pertama diciptakan, Allah mengajarinya untuk mengenal berbagai macam benda yang ada di sekitarnya. Setelahnya  Allah menunjukkannya di depan para malaikat untuk menyebutkan berbagai macam benda yang telah diajarklan tadi. Melihat ini para para malaikat pun takjub akan kemampuannya. Ketika Allah menyuruh untuk bersujud kepada Adam sebagai bentuk penghormatan kepadanya, maka para malaikat pun mengikutinya. Kecuali Iblis yang enggan dan menolak melaksanakannya. Dia pun berargumen : Aku diciptakan dari api,sementara Adam dari tanah, maka aku lebih mulia daripada dia, lantas mengapa aku harus bersujud kepadanya.” Atas pembangkangan inilah maka Allah menghukum Iblis.

Sekelumit kisah diatas barangkali sudah sering kita dengar baik dari guru-guru kita ataupun orang lain. Namun yang perlu kita garis bawahi disini adalah alasan yang diajukan iblis menolak bersujud kepada Adam, bahwasanya ia diciptakan dari api, maka ia lebih baik daripada Adam yang diciptakan dari tanah. Sekilas memang tampak masuk akal, namun apabila kita cermati lebih mendalam lagi pasti akan tampak kekeliruannnya. Memang sejak kapan ada teori atau konsep bahwasanya api itu lebih baik daripada tanah ? Bukankan semua unsur tersebut sama kedudukannya. Nah, disinilah letak kesalahan logika akal yang digunakan oleh iblis dalam penolakan bersujud kepada Adam.

Berangkat dari kesalahan logika diatas tadi, kita sebagai manusia harusnya tidak perlu mengikuti kesalahan berfikir seperti yang dilakukan iblis diatas. Karena Allah telah menganugrahkan dalam diri kita sesuatu yang dapat membedakan baik dan buruk yaitu AKAL. Dengan akal pula kita menjadi makhluk  ciptaan Allah yang mulia, sehingga malaikat pun diperintahkan bersujud. Dengan akal pula manusia diperintahkan untuk menjadi khalifah di muka bumi yang mana tak dapat dilakukan oleh malaikat sekalipun. Al Quran sendiri pun banyak sekali menyebut keutamaan orang yang menggunakan akalnya. Kata kata ‘ya’qiluun, yatadabbaruun’ yanzuruun’ dan berbagai sighoh lainnya menunjukkan betapa urgennya peranan akal dalam AL Quran.

Semestinya dengan menggunakan akal yang mana telah dianugrahkan kepada kita, dan tentu saja juga berpedoman pada Al Quran dan AS Sunnah, manusia dapat terhindarkan dari kesalahan-kesalahan selama hidupnya. Manusia khususnya ummat Islam sendiri dapat mencapai kemajuan dalam kehidupan bahkan peradabannya, karena dalam AL Quran orang yang menggunakan akalnya dinisbatkan kepada kaum mu’minin.

Lantas sekarang yang kita pertanyakan disini adalah sudahkan kita sebagai ummat islam menggunakan akalnya sesuai dengan peranan yang telah ditetapkan ‘Liyumayyizul khobitsa minhu mina toyyib’, untuk membedakan yang baik dari yang buruk. Bukankah sekarang realita berkata bahwasanya kemajuan yang dicapai oleh Barat baik dari segi peradaban, teknologi, dan bidang lainnya sudah sangat maju, bahkan melampaui ummat Islam sendiri. Sementara kita yang notabane nya sebagai ummat islam, yang mana dalam Al Quran disebut sebagai kaum yang menggunakan akalnya malah tertinggal dalam banyak bidang, bahkan bisa dikatakan terpuruk.Bahkan di negara-negara islam banyak yang kehidupannya terpuruk, tertinggal, dan miskin. Hal yang sangat kontras apabila kita bandingkan dengan 8 sampai sepuluh abad yang lalu, ketika ummat Islam masih dibawah pemerintahan Dinasti Abbasiyah dan Utsmaniyah. Bukankah ini bukti bahwasanya kaum barat lebih menggunakan akalnya daripada ummat Islam sendiri.

Permisalan lainnya dapat kita lihat pada baru- baru ini. Dalam kasus penolakan konser Lady Gaga beberapa pekan lalu. Pada sebuah stasiun televisi swasta ditampilkan jejak pendapat pro-kontra mengenai konser ‘mother of monster’ ini. Banyak yang dengan tegas menolak konser ini diadakan, namun yang disayangkan pula banyak juga beberapa tokoh yang mendukung diadakannya konser ini. Sudah jelas bahwasanya Lady Gaga adalah pengumbar pornoaksi, pornografi, pendukung seks bebas, homoseks, dan juga lesbianisme. Bahkan dia juga pernah berujar dalam satu kesempatan’ Tidak ada batasan atau peraturan dalam hal cinta’. Sudah jelas segala kelakuannya buruknya, namun mengapa masih saja ada tokoh yang mendukung dia, diantaranya Irshad Manji. Dengan beralasan kebebasan berekspresi dalam seni dan berpendapat yang dikemukakannya, tentu saja tak dapat diterima oleh kita sebagai ummat Islam yang menggunakan akalnya. Di Indonesia paham komunisme sudah lama dilarang penyebarannya karena memang berbahaya. Lantas bagaimana dengan tindakan mendukung penyebaran paham lesbianisme, pornografi dan seks bebas, yang jelas juga mengandung tingkat kejahatan yang tinggi ?

Barangkali logika yang digunakan oleh Irshad Manji diatas juga menyerupai dengan logika yang digunakan Iblis dalam menolak bersujud kepada Adam. Kesalahan berfikir inilah yang harus dihindari oleh kita. Layaknya manusia yang dianugrahi akal oleh Allah, maka kita juga harus menggunakannya seefisiensi mungkin. Apalagi mengingat tugas kita, manusia sebagai khalifah di muka bumi ini adalah untuk menjaga kemaslahatan di dalamnya, bukan malah merusaknya. Lantas jika kita malah menyebarkan kerusakan di bumi ini dengan semisal tindakan mendukung konser Lady Gaga maka benarlah sanggahan perkataan malaikat pada saat Allah hendak menciptakan Adam : Apakah KAMU akan menciptakan makhluk yang akan merusak di bumi dan menumpahkan darah (kekacauan )? Sebuah kewajiban dan tugas bagi kita sebagai manusia untuk selalu berfikir dengan akalnya, bukan nafsunya semata.
Wallahu a’lam Bissawab……
Dipostkan di Kampus Hijau, Bumi Siman, Ponorogo
Senin, 9 Juli 2012  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar