Review Film Lucy
Bila Manusia “Bisa” Memaksimalkan
potensi Otaknya….
Judul : Lucy
Genre : Science-Fiction
Durasi : 89 Menit
Sutradara : Luc Besson
Pemain : Scarlet
Johanson, Morgan Freeman, Min SIk Choi
Sebuah
fakta biologis dalam diri kita yang mungkin sudah kita ketahui ialah, manusia
tidak menggunakan seluruh kapasitas dan potensi otaknya. Manusia hanya
menggunkan otaknya maksimal hanya 10 persen dari seluruh kapasitas otaknya,
alias yang sisanya, 90 persen nganggur. Sel Neuron otak kita yang berjumlah
lebih dari 100 juta sel pun kebanyakan ganya didiamkan tak terpakai. Lantas
bagaimanakan bila manusia dapat memaksimalkan potensi dan kapasitas otaknya,
bahkan bilamana bisa memfungsikannya sampai 100 persen pemakaian ?
Berangkat
dari hal diatas tersebutlah, film Lucy berawal. Lucy (Scarlet Johanson) ialah
seorang gadis biasa yang tanpa sengaja diculik oleh sekelompok geng penjahat
asal cina dipimpin oleh Mr Jang (Min Sik Choi) dan dijadikan “wadah” untuk
menyelendupkan narkoba jenis terbaru yang ditaruh di dalam tubuhnya. Malang,
dalam perjalanan, kantung narkoba tersebut pecah dalam tubuhnya. Tetapi tanpa
diduga, narkoba jenis terbaru tersebut malah bersinkronasi dengan tubuhnya, dan
malah memicu daya kerja otak Lucy hingga mencapai 100 persen penggunaan. Lucy
yang bingung, sekaligus terpana dengan kondisi tubuh dan otaknya yang baru pun
menghubungi Profesor Norman (Morgan Freeman) seorang ilmuwan yang bergelut
dalam riset penelitian tentang otak, untuk berkonsultasi. Disilah petualangan
Lucy dimulai. Sambil mengeksplorasi daya kerja otaknya yang semakin meningkat,
ia juga melakukan balas dendam kepada geng penjahat asal cina yang telah
menculiknya.
Menarik,
kata pertama yang terlintas ketika menonton film ini. Sutradara Luc Benson
dengan cerdas memilih tema yang masih jarang di dunia perfilman sekarang.
Penonton pun dibuat terpana dengan berbagai adegan yang menarik, bagaimana bila
kira-kira manusia bisa memaksimalkan penggunaan otaknya,apa yang akan terjadi.
Peran tersebut pun dilakukan dengan maksimal oleh scarlet Johanson. Ia dengan
sukses memerankan seorang perempuan yang merasa takut, tertekan, sampai terpana
pada kekuatannya sendiri dalam film ini. Akting Morgan Freeman, seperti
layaknya dia, selalu bagus dan meyakinkan. Cuma karena durasi film ini yang
terbilang cukup pendek, Morgan Freeman terlihat seperti kurang mendapat jatah
dan kesempatan yang cukup untuk mengeksplorasi peran dia sebagai Prof Norman.
Secara keseluruhan, film ini sangat bagus dan layak untuk ditonton. Tema yang
menarik, acting yang meyakinkan dan cakap, penampilan adegan dan grafik yang
cukup bagus, dan sinematografi yang cukup unik menjadi kekutan utama dalam film
ini.
Overall
Result : 4,5/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar